Kamis, 19 Agustus 2010

Pengantar Ilmu Hukum

PENGANTAR ILMU HUKUM

A. DISIPLIN HUKUM
Suatu disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi. Secara umum dapatlah dibedakan antara disiplin preskriptif, deskriptif , dan analitis. Disiplin preskriptif merupakan sistem ajaran yang menentukan apa yang seyogiyanya atau yang seharusnya dilakukan didalam menghadapi kenyataan - kenyataan tertentu; contohnya adalah, hukum, filsfat, dan seterusnya. Deskriptif yaitu apa yang senyatanya dilakukan didalam hidup; contoh Undang – Undang. Analisis merupakan suatu sistem ajaran yang menganalisis, memahami serta menjelaskan gejala – gejala yang dihadapi; contoh adalah sosiologi, pisikologi, ekonomi dan setrusnya.
Apabila pembicaraan dibatasi pada didiplin hukum, maka secara umum disipilin tersebut mencakup:
1. Ilmu-ilmu hukum,
2. Polotik hukum,
3. Filsafat hukum.

Ilmu-ilmu hukum sebagai kumpulan dari pelbagai cabang ilmu pengetahuan antara lain, meliputi :
A. Ilmu tentang kaedah atau normwissenschatft atau sollenwissenschaft, yaitu ilmu yang menelh hukum sebagai kaedah, atau sistem kaedah-aedah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum.(P.Vinke, 1970)
B. Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum,seperti subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan subyek hukum.
C. Ilmu tentang kenyataan atau tatsachenwissenchaft atau seinwissnchaft yang menyoroti hukum sebagai prikelakuan atau sikap tindak, yang antara lain mencakup sosiologi hukum, antropologi hukum, perbandingan hukum, pisikologi hukum, sejarah hukum.


Politik hukum mencakup kegiatan-kegiatan memilih nilai-nilai dan menerpkan nilai-nilai. Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai; kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasiaan nilai-nilai misalnya: penyerasiaan antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dan keahklakan, dan antara kelangengan/konservatisme dengan pembaruhan.

B. ARTI HUKUM
Bicara mengenai arti hukum sangatlah luas,karena hukum merupakan ilmu yang abstrak namun mengenai arti hukum menurut pendapat masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistimatis atas dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistim ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala yang diahadapi.
3. Hukum sebagai kaedah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau prikelakuan yang pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses prangkat kaedah-kaedah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum(law-enforcement officer).
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses dikresi yang menyangkut.
7. Hukum sebagai permintaan, yaitu proses hubungan timbal-balik antara unsur-unsur pokok dari sistim kenegaraan.
8. Hkum sebagai sikap tindak ajeg prikelakuan yang ‘’teratur’’, yaiti prikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.


Jadi dapat diambil kesimpulan dari pendapat-pendapat masyarakat diatas mengenai ARTI HUKUM ialah hukum merupakan suatu kaedah yang mengatur apa yang dilarang dan apa yang diboleh kan dalam melakukan sikap tindak dalam kehidupan sehari untuk mencapai kehidupan yang tentram dan sejahtera yang sifat nya memaksa serta berbentuk tertulis.

C. UNSUR-UNSUR HUKUM
Unsur-unsur hukum mencakup unsur idiil serta unsur riil. Unsur idiil tersebut mencakup hasrat susila dan hasrat manusia; hasrat susila menghasilakan azas-azas hukum (‘’rechtsbeginzelen’’, misalnya: tidak ada hukum tanpa kesalahan), sedang rasiao manusia menghasilkan pengertian-pengertian hukum (‘’rechtsbegrippen’’, misalnya: subjek hukum, hak dan kewajiban, dan setrusnya).
Unsur riil terdiri dari manusia, kebudayaan, materil dan lingkungan alam. Apabila unsur idiil kemudian menghasilkan kaedah-kaedah hukum mmelalui filsafat hukum dan ‘’normwissenschaft atau sollenwissenschaft’’, maka unsur riil menghasilkan tata hukum.











KAEDAH HUKUM DAN KAEDAH-KAEDAH
ETIKA LAINNYA

Macam-macam kaedah ada 4 yaitu:
1. Tata kaedah kepercayaan
2. Tata kaedah kesusilaan
3. Tata kaedah kesopanan
4. Tata kaedah hukum






1. Tata kaedah kepercayaan
Kaedah kepercayaan termasuk tata kaedah dalam salah satu aspek hidup pribadi dari manusia, yang bertujuan hanya untuk menguasai atau mengatur kehidupan pribadi dalam mempercayai atau meyakini , kekuasaan gaib, Tuhan Yang Maha Esa, Dewa-dewa, dan lain sebagainya.

2. Tata kaedah kesusilaan
Kaedah-kaedah kesusilaan yang dipaki dalam arti etika dalam arti sempit (atau ‘’sttichkeit’’ atau moral) hanya dapat dimengerti sebagai kaedah-kaedah kehidupan pribadi, yang bertujuan untuk mencegah ktidak seimbangan kehidupan pribadi,mencegah kegelisaan yang ada dalam dirinya sendiri,dan lain sebagainya.





3. Tata kaedah sopan santun
Kaedah sopan santun merupakan kaedah yang ditujukan pada setiap lahiriah manusia,yang tujuan nya adalah untuk mencapai kesedapan hidup bersama, yang berarti kesedapan hidup antar pribadi.

4. Tata kaedah hukum
Kaedah hukum merupakan suatu kaedah yang mengatur atau mengarahkan suatu sikap tindak perilaku manusia untuk dapat berbuat baik dan berakhlak.

Perbedaan kaedah hukum dengan kaedah lainnya
Perbedaan antara kaedah hukum dengan kaedah lainnya yaitu pada pelakunya dimana kaedah hukum terutama ditujukan kepada pelakunya yang konkrit, yaitu dipelaku pelanggaran yang nyatata-nyatanya berbuat, kaedah hukum bukan untuk penyempurnaan manusia melainkan untuk ketertiban masyarakat agar masyarakat tertib,dan tidak memakan korban dari kejahatan tersebut.
Kaedah hukum juga mempunya sanksi-sanksi yang tertulis, sedangkan kaedah-kaedah yang lainnya tidak mempunyai sanksi-sanksi yang tertulis melainkan sanksinya hanyalah sanksi secara batiniah ( internal ) pribadi maupun pribadi antar pribadi.
Kaedah hukum berasal dari luar diri manusai ( eksternal ), kaedah hukum berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita ( heteronom ). Masyarakat secara resmi diberikan kuasa untuk memberi sanksi atau menjatuhkan hukuman, dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat menjatuhkan hukuman.



KAEDAH HUKUM

Kaedah hukum merupakan suatu kaedah yang mengatur atau mengarahkan suatu sikap tindak perilaku manusia untuk dapat berbuat baik dan berakhlak,kaedah hukum dapat dibagi dua yaitu :
1. Kaedah hukum abstrak
2. Kaedah hukum konkrit

1. Kaedah hukum abstrak
Kaedah hukum abstrak merupakan kaedah hukum yang tidak ditujukan kepada orang-orang atau pihak-pihak tertentu, akan tetapi kepada siapa saja yang dikenai perumusan kaedah-kaedah umum, antara lain dapat dilihat didialam undang-undang atau traktat.
Kaedah abstrak juga dikatakan sebagai kaedah umum yang mana kaedah umum yang belum dikaitkan oleh orang tertentu yang sifatnya umum.

2. Kaedah hukum konkrit
Kaedah hukum konkrit merupakan kaedah yang ditujukan kepada orang-orang tertentu saja, contoh dari kaedah individuil (konkrit) yaitu;
a. Yang ditentukan oleh pengadilan atau putusan hakim
b. Yang ditentukan oleh beztur
c. Yang dilakukan oleh kepolisi
d. Yang ditentukan didalam perjanjian




Kaedah hukum mempunyai tingkatan-tingkatan yang dapat digambarkan seperti piramid ( kelsen ) yaitu :
1.Konstitusi(UUD1945)
2.Kaedah umum abstrak (uu pisitropika )
3.Kaedah individu kongkrit, ( putusan presiden )

Kaedah-kaedah diatas merupakan kaedah yang mempunyai tingkatan-tingkatan dimana kaedah kaedah yang tingkatannyadibawah selalu berpedoman pada kaedah yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi.
Apabila kaedah-kaedah hukum yang umum dan yang individuil dihubungkan dengan tugas hukum yang dwi tunggal, maka kaedah hukum yang umum lebih mementingkan kepastian hukum,dan kaedah hukum yang individuil lebih mementingkan kesebandingan.
Dalam kaedah hukum kita akan menjumpai penyimpangan-penyimpangan terhadap kaedah hukum, penyimpangan tersebut dapat berupa pengecualian atau penyelewengan.
Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari patokan atau pedoman dengan dasar yang sah, dan mengenal dua dasar yang berbeda antara lain;
1. Pembenaran (pelaksanan hukuman mati yang dilakukan oleh algojo)
2. Bebas kesalahan (berat lawan, seperti seorang kasir yang memberikan uang khas kepada perampok, oleh karena ditodong senjata).





Kaedah hukum mempunyai dua macam sifat yaitu imperatif dan fakultatif, kaedah-kaedah hukum imperatif adalah patokan atau pedoman yang secara a periori harus ditaati atau dipatuhi artinya, secara tidak bersyarat tidak boleh menyimpang dari pedoman atau patokan selain jikalau ada pengecualian-pengecualian, hak mana akan dibicarakann kemudian.
Kaedah-kaedah hukum yang bersifat fakultatif adalah patokan atau pedoman yang tidak secara a periori mengikat ; artinya, masih diperbolehkan untuk berprilakuan tau bersikap tindak diluar pedoman tau patokan tersebut, ancamannya bukan merupakan pengecualian atau pelanggaran
Jadi apabila diperhatikan, maka kaedah hukum imperatif maupun kaedah hukum fakultatif itu keduanya merupakan pedoman atau patokan yang mewujudkan batas-batas prikelakuan atau sikap tindak, sedangkan pedoman atau patokan tersebut merupakan suatu pandangan ( oordeel ) pada hakekatnya.
Maka kaedah hukum merupakan suatu norma yang akan selalu menuntun masyarakat dalam kehidupan dalam suatu negara, agar tercipta ssuatu kedamaian dan kesejahteraan antara masyarakat maupun masyarakat terhadap negara.










Theori STUFENBAU
Stufenbau merupakan theori yang sangat terkenal dari hans kelsen, theori ini berisikan disiplin hukum atau kaedah hukum yang berdiri sendiri , dan bentuk stufenbau adalah hirarki atau bertingkat.
Menurut saya theori ini mengajarkan bahwah disiplin hukum atau kaedah hukum dapat berdiri sendiri, karena telah mempunya dasr-dasar seperti gurndnorm, theori ini juga mempunyai tingkatan-tingkatan kaedah dalam negara, dimana hans kelsen mengatakan bahwah kaedah hukum yang terendah selalu bergantung pada kaedah yang lebih tiinggi, yang menurut saya theori itu sangat real, dimana setiap tingkatan kaedah yang rendah akan selalu membutuhkan kaedah yang tingkatannya lebih tinggi.
Theori stufenbau merupakan susunan setiap kaedah-kaeedah yang mana setiap susunan tersebut telah mempunyai dasar-dasar gurndnorm atau kaedah dasar dari suatu tata kaedah hukm nasional yang bukan merupakan suatu kaedah hukum positif yang dibentuk oleh suatu tindakan legislatif manapun, akan tetapi hanyalah merupakan hasil analisis pemikiran yuridis, jadi hanyalah dipostulasikan oleh pemikiran manusia.











Theori MURNI
Dalam thori murni, hans kelsen mengatakan bahwah hukum sebagai prikelakuan atau sikap tindak yanga ajeg, bukanlah merupakan objek ilmu hukum , akan tetapi merupakan objek sosiologi hukum yang bagi hans kelsen bukan lah merupakan ilmu hukum
Dimana theori ini membersikan hukum dari faktor-faktor politis, sosiologis, filosofis, dan sebagainya yang mempengaruhi hukum.Menurut saya theori murni ini merupakan theori yang berdiri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu yang lain.
Hukum sebagai prikelakuan atau sikap tindak yang ajeg bukanlah merupakan suatu objek ilmu hukum, akan tetapi objek sosiologi hukum. Didalam theori ini kelsen hanya ingin menghendaki suatu theori yang murni dan tidak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain.